Pilwali Surabaya, Partai Politik dan Demokrasi

Kontraksi politik makin mengencang terasa di seluruh pelosok kota surabaya, terlebih bulan-bulan mendekati tahun 2010. Tahapan klinis politik ini menjalar mulai dari sentrum kekuasaan (Grahadi, Kantor Pemeritah Kota dan DPRD Surabaya) sampai ke ujung teritorial perkampungan di Surabaya. Ya, tahun 2010 mendatang Kota Surabaya akan menggelar hajatan politik bernama “ Pemilihan Walikota (pilwali) “. Pemilihan Walikota (pilwali) merupakan bagian dari proses pemilihan umum (pemilu) pada tingkat daerah atau biasa disebut dengan pemilihan kepala daerah (pilkada).



Pilwali dan Demokrasi

Proses konsolidasi sumberdaya dan sumberdana politik diprediksi akan kian meningkat oleh hampir semua penggiat pemilihan walikota surabaya. Bagi partai politik peserta pemilu, seperti halnya pilkada didaerah-daerah lain, akan berkonsentrasi penuh pada pilkada surabaya. Bisa kita bayangkan tiada hari tanpa penggalangan dana dan massa. Mereka tidak terlalu meribetkan diri dengan sorak sorai pengamat politik atau teriakan aktivis yang mempersoalkan peran dan program kandidat yang akan didukungnya. Sepi pula respon mereka atas tuntutan political tracking untuk mewujud dalam bentuk kontrak politik dengan pemilih dan konstituennya. Padahal kesejahteraan masyarakat perkotaan surabaya ada ditangan walikota terpilih lewat pilwali kota surabaya 2010.

Prioritas partai politik bukan meyakinkan masyarakat pemilih bahwa kandidat dari partainya adalah calon walikota yang akuntabel serta memiliki kapabilitas prima, tetapi urgensi langkah mereka adalah mempersiapkan kemenangan dalam pengumpulan suara. Inilah realitas partai politik di republik ini, baik ketika menjelang pemilu nasional, maupun sekelas pilkada surabaya. Apalagi Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia, diprediksi hingar bingar pemilihan walikota surabaya akan sangat terasa.

Sederet fenomena memilukan yang seringkali terjadi pada pemilu-pemilu yang lalu merupakan konteks politik yang melatarbelakangi pilwali surabaya yang akan diselenggarakan tahun 2010. Pemilihan walikota Surabaya 2010 mendatang, bagaimanapun, merupakan arena pertarungan politik yang mahal untuk konsolidasi dan transformasi demokrasi bagi masyarakat surabaya. Jika pengalaman getir pemilihan umum sebelumnya terulang kembali, maka Surabaya tidak bakal mampu exit dari kemelut politik yang membelenggu. Sebaliknya jika masyarakat surabaya mempersiapkan dan mengorganisir diri secara kuat, maka akan memberikan kontribusi yang berharga bagi proses konsolidasi demokrasi ke depan. Akan tetapi, karena pengalaman masa lalu dan kekecewaan yang serius, masyarakat mempunyai sikap dan pandangan yang sangat beragam terhadap Pemilihan walikota Surabaya 2010 mendatang.

Sebagian besar masyarakat mungkin bersikap apatis (masa bodoh) terhadap pemilu, tetapi mereka adalah penerima utama risiko buruk jika pengalaman pemilu sebelumnya terulang kembali. Sementara elemen-elemen masyarakat pro demokrasi mestinya sudah memulai memberikan aksi-aksi politik untuk mencegah carut-marutnya Pemilihan walikota Surabaya 2010. Semoga (ruz). Sumber pemilu surabaya [dot] com